
Di Pangandaran terdapat dua situs Goa Jepang, yang pertama berada di kawasan hutang lindung (Cagar Alam), kemudian yang kedua terletak di kawasan Rancakalong, Karangsari, Desa Putrapinggan. Keduanya memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai bunker dan benteng pertahanan tentara DAI NIPPON (Jepang) pada masa Perang Dunia II. Bunker tersebut berupa lubang – lubang pengintai menghadap ke arah laut yang dimaksud untuk mengawasi pendaratan tentara sekutu.
Pada masa Perang Dunia II, setelah penjajah Kolonial Belanda meninggalkan Indonesia tahun 1942, Jepang masuk ke beberapa wilayah Indonesia, termasuk Pangandaran. Goa Jepang di Kawasan Cagar Alam Pangandaran di buat Periode (1941-1945), saat itu Balatentara Dai Nippon menduduki seluruh pulau Jawa dan Madura, pembangunan Goa jepang ini di lakukan oleh para pekerja paksa (Romusa) selama ± 1 tahun, dan sampai sekarang gua jepang di kawasan Cagar Alam Pangandaran belum pernah di renovasi, jadi masih nampak keasliannya.
Ada 3 Goa Jepang yang berada di kawasan Cagar Alam Pangandaran, salah satunya memiliki lubang kedalaman 10 meter dengan lubang – lubang pengintai sekitar 1 meter.
Goa Jepang yang ada Rancakalong, dibuat dengan cara memahat bukit. Di dalam goa tersebuat juga terdapat beberapa ruangan kecil, yang dimungkinkan untuk tempat menyimpan persenjataan. Selaian itu, ruangan kecil yang terdapat pada bunker digunakan untuk tempat persembunyian tentara Dai Nipon Jepang
Keberadaan bunker peninggalan balatentara Jepang di Pangandaran hingga kini masih menyisakan tanda tanya untuk apa motif Jepang membangun pertahanan di laut selatan.